Saturday, January 28, 2006

Studi Kasus: The Million Dollar Homepage

Alex Tew baru berumur 21 tahun. Bermodalkan kurang dari $100, anak ‘kampung’ di daerah Wiltshire, Inggris ini mampu menghasilkan lebih dari yang dia inginkan dari situs internetnya, The Million Dollar Homepage. Idenya sederhana. Menjual ruang iklan berdasarkan elemen gambar di layer (pixel). Alex menjual $1 untuk 1 pixelnya. 1000 pixel terakhir yang tersisa terjual melalui lelang di situs lelang Ebay 26 Januari lalu, dengan harga lebih dari 30 ribu dollar.

Apa istimewanya situs Alex Tew ini? Originalitas ide. Meski banyak yang skeptis pada awalnya akan keberhasilan pemasangan iklan di situsnya, banyak kemudian pemasang iklan yang mengakui blok iklannya (bervariasi antara 100pixel sampai 1000pixel) meningkatkan jumlah pengunjung ke situs masing-masing. Dan tentunya penambahan pengunjung situs menggerakkan peningkatan penjualan.

Meskipun bisa dikatakan one-time-and-only-idea-that-works, ide situs semacam Alex ini mulai mendapatkan pesaing yang mencoba meniru dan berharap mendapatkan kesuksesan yang sama. Lebih dari 1000 situs serupa mulai beroperasi di internet.

Sebagai kolase besar dari iklan berwarna, begitu Alex Tew menggambarkan situsnya, milliondollarhomepage.com sebenarnya bukanlah situs yang menarik. Menempatkan potongan-potongan gambar dalam pixel-pixel yang tidak beraturan bagai sebuah mozaik kotak pengumuman rupanya memberikan alternative bagi tidak efektifnya banner, iklan popup bahkan spam email.

Sejuta pixel ruang iklan milliondollarhomepage.com sudah terjual habis. Kita lihat apakah kisah sukses ini akan tetap eksis lima tahun ke depan.


Internet Marketing Center

Friday, January 27, 2006

Traffic, SEM dan AirAsia


Akhir tahun 2005 kemarin, AirAsia, sebuah perusahaan penerbangan berbiaya rendah, membuat kejutan dengan iklan 2 halaman suratkabar penuh bertuliskan 2000.000 tiket gratis ke 60 daerah tujuan penerbangan di Asia. Mengejutkan mengingat sebelumnya Garuda Indonesia, perusahaan penerbangan nasional Indonesia, memberikan ‘hanya’ sebanyak 10.000 tiket gratis ke dan dari Denpasar Bali.

Apakah AirAsia bisa menarik keuntungan dengan 2000.000 penumpangnya di tahun ini sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk bisa terbang? Jawabannya mungkin bisa mungkin tidak. Namun strategi tiket gratis bukanlah ide orisinil AirAsia. Perusahaan penerbangan dengan modus operandi sejenis juga melakukannya di wilayah Eropa. EasyJet, RyanAir dan belakangan Volawind sangat biasa menawarkan tiket seharga 1 sen euro atau malah gratis sama sekali. Namun penawaran secara massif sampai sejumlah 2 juta tiket mungkin baru AirAsia yang melakukannya.

Bagaimana kira-kira AirAsia mendapatkan untung? Trafik! AirAsia akan diuntungkan dengan adanya peningkatan trafik bagi seluruh penerbangannya. Dengan penawaran tersebut setidaknya di depan mata selama tahun 2006 trafik AirAsia bertambah sebanyak 2 juta penumpang. Oleh karena penjualan utama AirAsia dilakukan melalui internet (lebih tepat lagi, 2 juta tiket yang ditawarkan hanya bisa didapatkan melalui internet), ‘trafik’ yang didapat dari kunjungan ke situs AirAsia pun juga meningkat. Dapat dibayangkan peningkatan pagerank AirAsia setelahnya.

Search Engine Marketing
Berbeda dengan konsep ilmu ekonomi pada umumnya di dunia nyata yang timbul karena adanya scarcity of resource, sehingga sumber daya harus dikelola sedemikian rupa sehingga segala kebutuhan bisa terpenuhi, ekonomi di dunia maya resource justru sangat berlimpah ruah. Namun begitu tetap saja ada yang namanya scarcity, kekhawatiran akan kekurangan, pada yang namanya attention atau perhatian dari komunitas internet. Dari sinilah muncul ilmu Search Engine Marketing atau SEM. Dengan SEM attention dapat diperoleh karena lebih dari 80% komunitas internet mendapatkan resource menggunakan mesin pencarian.

AirAsia sangat menyadari pentingnya attention dari komunitas internet. Dengan menggerakkan setidaknya 2juta orang yang hendak mendapatkan tiket gratisnya, diharapkan popularitas dari situs airasia.com meningkat sehingga resource yang namanya attention atau perhatian dari komunitas dunia mayapun didapatkan.


Internet Marketing Center

Thursday, January 12, 2006

Kata Kuncinya Adalah...

Kesederhanaan. Betul. Kalau Anda telah membaca artikel kami mengenai Nilai Sebuah Kesederhanaan, Anda pasti akan menyatakan bahwa kata kunci dari kesuksesan Google adalah kesederhanaannya. Tidak salah memang. Hanya saja saya lebih cenderung meyakini bahwa kata kunci keberhasilan Google terletak pada ‘kata kunci’! Kata kunci atau Keyword bahkan menjadi satu-satunya penentu sukses tidaknya internet marketer yang hendak memanfaatkan jasa Google.

Setiap hari puluhan ribu internet marketer berlomba menjadi yang pertama di ‘permainan’ search engine. Dengan cara amatiran maupun professional. Dengan tanpa modal ataupun dengan padat modal. Yang ingin diraih cuma satu. Menjadi yang pertama muncul saat pengguna mesin pencari melakukan pencarian menggunakan kata kunci yang dipertarungkan.


Artikel lain:
Nilai Sebuah Kesederhanaan
Direct Selling: Studi Kasus Dell Computer

Studi lebih lanjut:
Internet Marketing Center, belajar teori dan praktek

Ilmu Hitam SEO (part #1)

Bukan. Saya bukan hendak mengajarkan suatu ilmu hitam. SEO, kalau anda belum mengenalnya, berasal dari kata Search Engine Optimization yang berarti segala tindakan yang dilakukan agar suatu situs web mudah ditemukan oleh mesin pencarian internet dan mendapatkan ranking setinggi mungkin. Mendapatkan ranking yang tinggi artinya muncul di halaman pertama setiap kali penggguna internet menggunakan kata kunci pencarian yang cocok dengan kata kunci yang anda pasang. Banyak cara mengoptimalkan search engine. Cara putih, hijau maupun hitam.

Tulisan ini hendak memberitahukan cara hitam SEO semata agar anda menghindarinya. Ingat, ilmu hitam, seberapa besar kemampuannya, pada akhirnya memakan korban di pihak penggunanya. Katakanlah semacam tumbal. Jangan sampai situs web anda jadi tumbal yang ujung-ujungnya bisnis internet anda gagal sebelum mulai.

Meski SEO mulai banyak dikembangkan dan dikenal lebih dari lima tahun lalu, sampai sekarang masih banyak yang belum mengenal ‘binatang’ apa gerangan SEO ini. Banyak ‘ahli’ di luaran sana yang merasa mengerti SEO, mencoba menjual jasa optimasi search engine dengan cara-cara hitam yang hendak saya coba jelaskan di tulisan ini.

Pengertian Dasar.
Sebelum lebih jauh dengan ‘ilmu hitam’ SEO, ada baiknya anda mengerti terlebih dahulu pengertian dasar seputar SEO dan SEM (Search Engine Marketing). Mudahnya, SEO adalah usaha yang digunakan agar tingkat ‘findability’ suatu situs tinggi dengan cara pengelolaan tag-tag dan content pada script web. SEM merupakan jalan pintas findability dengan mengeluarkan uang penempatan iklan. (findability atau searchability artinya kemampuan suatu web tertemukan oleh pengguna internet sewaktu yang bersangkutan melakukan pencarian menggunakan kata kunci pencarian).

Search Engine (tiga besarnya adalah Google, Yahoo, dan MSN) mengindex atau mengurutkan situs berdasarkan kata kunci dengan cara otomatis dan manual. Cara otomatis dilakukan melalui kerja terus-menerus robot pengindex. ‘Ilmu hitam’ SEO pada prinsipnya adalah cara-cara yang digunakan untuk ‘menipu’ robot ini.

‘Ilmu hitam’ yang biasa digunakan adalah:
White on white hidden text/keyword
Meta refresh
Pembelokan/misleading text
Duplikat

‘Ilmu Hitam’ di atas umumnya digunakan untuk mengelabui spider (robot yang melakukan pengindexan), seolah-olah suatu situs mengenai sesuatu yang dimaksud pencari padahal sesungguhnya berisi hal-hal yang sama sekali berbeda. Semua ‘ilmu’ di atas sudah mulai dikenali spider atau robot dan biasanya diabaikan. Jadi, tak ada gunanya anda menggunakannya.


PS:
Pelajari lebih jauh mengenai bisnis internet di Internet Marketing Center.

Direct Selling: Studi Kasus Dell Computer

Tepat sepuluh tahun lalu, 12 tahun sejak Michael Dell merakit dan menjual PC Compatible dari asrama universitasnya, Dell menjadi perusahaan pembuat komputer terbesar ke-3 dengan nilai $13.6 Milyar dolar. Dengan jumlah karyawan sekitar 17.800 orang, pendapatan per karyawannya sekitar $764.045! Tahun ini, 22 tahun semenjak memulai bisnisnya, Dell tetap bertahan pada Model Bisnis awalnya: memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menjualnya langsung kepada mereka, dengan spesifikasi yang mereka inginkan. Tahun 1995 Dell menstransformasikan Model Bisnis tersebut ke pasar yang lebih global: internet!


Ada beberapa faktor yang mendukung sukses Dell Computer. Pertama tentunya adalah komitmen untuk mentargetkan penjualan ke pelanggan yang tepat. Kedua, membantu pelanggan membantu dirinya sendiri, ketiga menyelaraskan proses bisnis yang berdampak pada pelanggan dan mengerti benar pengalaman pelanggan secara total, dan keempat, menggunakan teknologi yang tepat untuk mendukung ketiga faktor sukses di atas.

Dell Computer mulai hadir di internet pada awal tahun 1995. Situs ini didisain hanya oleh beberapa orang Dell dan umumnya hanya memberikan informasi pendukung bagi call center mereka. Dengan cepat situs ini berkembang dan pada bulan Oktober tahun yang sama, mereka mulai menambahkan aplikasi interaktif berupa quote generator atau penghitung harga otomatis. Pelanggan tinggal memilih dan mengkonfigurasi sendiri PC yang akan mereka beli dan situs Dell menghitung harganya. Awal 1996 Dell makin sadar akan pentingnya web sehingga perlu menunjuk secara khusus Scott Eckert, Manajer Pemasaran Senior dan John Hatchett staff teknisi untuk melakukan riset dan mengembangkan teknologi pemesanan online yang terintegrasi dengan sistem manufakturnya. Puncaknya, pada bulan Juli tahun 1996 Dell Online dibentuk sebagai satu divisi terpisah dengan Eckert sebagai Direkturnya.

Pada kwartal pertama tahun 1998 Dell Online memperoleh kunjungan 1,5 Juta pelanggan tiap minggunya. 400,000 di antaranya melakukan pencekan status pembelian mereka. Pada kwartal kedua tahun tersebut pendapatan dari penjualan komputer dan alat-alat lain tiap hari melalui website mencapai 6 juta dolar.Hebatnya lagi, umumnya pembelian online terjadi dengan konfigurasi sistem yang lebih mahal dibanding sistem yang dijual melalui telepon. Sepertinya pelanggan lebih merasa nyaman mengatur sendiri sistemnya dan tidak terlalu merasa tertekan oleh tenaga penjual untuk merogoh kocek lebih dalam.

Artikel lainnya:
Afiliasi, The Name of The Game
Kata Kuncinya Adalah...
Ilmu Hitam SEO (Part #1)
Nilai Sebuah Kesederhanaan: Studi Kasus Google.Com

Nilai Sebuah Kesederhanaan


Berapa banyak, dalam bentuk uang, Anda menilai sebuah kesederhanaan? Dalam hal Google, kesederhanaannya senilai seluruh kekayaan yang dimiliki sekarang ini. Lebih hebatnya, dengan kesederhanaan ini, setidaknya menurut saya, Google menjadi perusahaan paling kapitalis yang paling ‘disayangi’ komunitas internet. Hal yang wajar mengingat teknologi tinggi dibalik kesederhanannya. Google mengkalkulasi lebih dari 500 juta variable untuk mengurutkan 8 milyar lebih situs internet.

Antarmuka Google tidak pernah berubah dari sejak pertama kalinya diperkenalkan tahun 1998 lalu. Bahkan untuk menemukan interface dengan bahasa yang Anda ingin gunakan, Anda tidak perlu mencari-cari link bahasa kemudian mengkliknya. Dengan asumsi domisili, saat anda ketikkan http://www.google.com/ Anda akan dibawa ke http://www.google.co.id/ apabila Anda berada di Indonesia, atau http://www.google.it/ apabila anda melakukannya di Italia. Sebagai perusahaan yang penghasilan utamanya adalah iklan, Anda tidak akan pernah menemukan satu iklanpun di halaman muka Google.

Google cukup cerdik untuk menyampaikan kekuatan dan daya guna piranti internetnya tanpa harus membuat antarmuka yang penuh dengan link, banner maupun gambar-gambar multimedia yang berserakan. Semua diatur seolah pisau tentara Swiss yang memiliki seratus lebih alat. Pisau Swiss akan sangat berguna apabila satu alat saja yang dibuka pada saat alat-alat tersebut dibutuhkan. Google tidak pernah memberikan semua yang ‘kira-kira’ diinginkan penggunanya pada halaman muka. Dengan Google Anda memperoleh apa yang Anda inginkan, ketika Anda menginginkanya. Halaman muka Google tidak pernah memiliki lebih dari 20 link!

Konon kesederhanan Google adalah kebetulan semata. Sergey Brin dan Larry Page, penemu Google, keduanya bukanlah web designer. Mereka sangat sibuk menulis program untuk mesin pencariannya sehingga ketika mesin pencari itu selesai, tidak ada yang membuat antarmuka yang ‘canggih’ selain tampilan yang tidak jauh berbeda dengan yang Anda lihat sekarang.

Bagaimana google menjaga kesederhanaanya? Kalau Anda berfikir tidak pernah ada yang mengusik kesederhanaan ini, Anda salah besar. Adalah Marissa Mayer, direktur Consumer Web Products di Google yang terus menerus menjaga antarmuka Google tidak lebih dari yang sekarang. “I’m the gatekeeper”, katanya, “I have to say no to a lot of people”. Marissa Mayer tidaklah menjaga kesederhanaan antarmuka Google semata. Dia menjaga ‘dollar’ dari persamaan simplicity + technology = big big dollar. Apple iPod pun terjual laris lebih dari 20 juta unit karena persamaan tersebut.


Tag: , ,